Setiap pemancing pasti mencari tempat memancing yang paling tepat, nah kali ini zodized memberikan informasi yang katanya tempat mancing terhebat.
Tempat mancing tersebut berada di Desa Ringkit.
Nah kemudian pasti bertanya nih dimana sebamban 6.
Sebamban 6 itu berada di daerah kalimantan selatan tepatnya di Kabupaten Tanah Bumbu.
Bagaimana jalurnya ?
Silahkan bisa di ikuiti peta berikut ini
Tempat mancingnya berada di kawasan perkebunan sawit.
Disana ada tempat pembukaan lahan baru penanaman sawit, sehingga sungai - sungai baru yang di buat untuk menadah air untuk pengairan wawit banyak sekali ikannya.
Ikan gabus, ikan sepat, ikan papuyu dan lain - lain.
Singkat cerita beliau bercerita jika hobinya adalah mancing dan pernah mancing di suatu tempat yang namanya ringkit tepatnya di area perkebunan sawit yang baru dibuka dan mandapatkan ikan gabus sebanyak 10 kg.
Mendengar hal tersebut langsung waww.....dapat 10 kg.
Saya mancing di sekitaran jalan Muara Asam asam cuman dapat kurang 2 kg saja
Bagaimana mancingnya.
Katanya jika kita menggunakan dua pancingan di jamin bingun mau pasang umpan atau narik pancingan.
Seketika itu pula pengen mancing kesana.
Pikir - pikir tidak ada saudara kenalan di sana, bisa bingung juga bisa jadi terdampar di sana. Mau ajak pak haji terasa kurang enak. Malu karena beliau begitu sibuk.
Rasa ingin mancing di Ringkit sepertinya tidak bisa mengingat keadaan yang tidak memungkinkan.
Namun cahaya datang begitu saja entah bagaiamana sang Maha Kuasa mengaturnya. Ada orang tiba - tiba mampir kerumah mau menjemput anaknya sekolah di daerah jorong.
Jorong ringkit jauh loh, ibarat bandung jakarta pusatlah.
Orang tersebut menggunakan motor bebek.
awlanya dikira orang deket saja, pas ditanya darimana ternyata dari Ringkit. Wah ada cahaya datang.... hehehhe.....
Akhirnya obrolanpun berjalan, cerita demi ceritapun berjalan menceritakan banyak yang mancing.
Rasa ingin mancing makin besar dan yang jelas rasa ingin mancing di ringkitpun ada jalannya.
Bermodalkan terasa punya kenalan baru orang Ringkit, akhirnya disusulah sebuah jadwal untuk berkunjung kerumahnya sekalian silaturahmi dan orangya bilang mau antarkan ketempat mancing tersebut.
Persiapan mancingpun di mulai, kali ini istri yang menyiapkan saya hanya tinggal berangkat saja dan membuat kail menggantung di tali senar nilon.
Joran joran, umpan kail pisau dan wadah sudah kami siapkan dan tidak lupa bawa bekal nasi.
Harus lengkap karena istri anak ikut semuanya jangan sampe mereka kelaparan waktu mancing.
Perjalananpun di mulai subuh hari tepatnya sebelum adzan subuh, rencana subuhan di mesjid megah dipinggir jalan.
Dan sampailah sholat subuh kami di mesjid megah sungai danau.
Setelah melakukan sholat subuh pejalanan dilanjutkan. Jujur saja dalam hati, tempatnya aja ga tahu kemana nih arah perjalanan. Pokonya melaju ajalah. Dalam pikiran hanya terlintas sedikit lagi bensinya kira - kira cukup tidak ya.
Mengingat sepagi itu belum ada pom bensin yang buka.
Ya di daerah ini bensin tidak buka 24 jam melaikan hanya 12 jam saja.
Perjalanapun terus melaju melewati berbagai penomoran sebamban. Saya pikir sebamban itu berurutan posisinya mulai dari satu dua tiga empat lima sampai enam. Teryata tidak demikian.
Entahlah berdasarkan apa pemberian nama tersebut yang jelas tidak berurutan saja posisinya.
Hingga akhirnya bensin tinggal satu garis. Perjalan masih tidak tahu sampai dimana, pom bensin yang kami temui masih tutup, namun kali ini untunglah ada eceran sekalian beli bensin sekalian bertanya.
Saya : Mas bensin 10 liter ya. Oia mas POM bensin selanjutnya di mana ya mas, cukup ga ya 10 liter?
Masnya : Ok mas. Pom selanjutnya kurang lebih setengah jam lagi mas.
Saya : Daerah apa mas namanya?
Masnya : Nah kalo sampean sampai POM bensin selanjutnya berarti sampean sampai ke PAGATAN
Saya : Turus Mas ini daerah apa?
Masnya : Ini sebamban satu, Sampean mau kemana?
Saya : Ke sebamban 6 mas.
Masnya : Sampean ke lewat mas. Kalau terus kesana ya pagatan terus betulicin. Sampean muter aja lagi nanti ada pasar, ada pertigaan, pas pertigaa belok kanan dari sini, ada lampu kuning kedip kedip seperti lampu stopan tapi kuning semua warnanya.
Sampena emang mau kemana ke sebamban 6?
Saya : Mas jauh ga dari sini kelewatannya?
Saya mau ke desa ringkit kemarin ada orang kerumah minta di silaturahmi'i
Masnya : Jalan aja terus pokonya nanti ketemu pertingaan yang ada lampunya yang kuning belok kanan aja dari situ paling 30 menit sampai ke Ringgit.
Nanti ada kampung, daerah kosong, kampung lagi, kosong lagi nah sampai kampung ke 4 itulah ringkit.
Nanti banyak lampu di pingggri jalannya. Rumahnya berjejer di pinggir jalan itulah ringkit
Saya : Okelah mas terimakasih banyak saya muter lagi.
Masnya : Ia hati hati
Sayapun memutar arah, perjalanpun perlahan saja daripada terlewat lagi.
Akhirnya ditemukanlah pertigaan yang ada lampu kuningnya. Sayapun belok dan tak lupan berhenti untuk memastikan dengan cara bertanya keorang yanag di sana.
Saya pun bertanya desa ringkit dan katanya terus saja lurus ke depan kurang lebih 5 km
Sayapun melaju terus.
Saya menemukan berbagai pemukiman di sana mulai pemukiman kampung bali, semua kampung di disein dengan bagunan khas seperti di bali ada pureu dan lain - lian. Pikir saya inilah kampung pertama.
Lanjut tanah kosong dan bertemu dengan kampung lagi. Sampai pada akhirnya kampung yang di pinggir jalannya ada lampu - lampunya.
Pikir saya tepat nih apa yang di katakan mas tadi banyak lampunya.
Perjalanpun melaju, kali ini mencari rumahnya Bpk Munir ( bukan nama sebenarnya)
Kilometer di pengukur kilometer mobil sudah 5 km. Saatnyalah bertanya rumahnya bpk Munir.
Info yang didapatkan setelah bertanya kepada orang yang ada di pinggir jalan bahkan sampai kerumah warga adalah. "Terus aja ikuti jalan, nanti setelah jembatan rumahnya bata merah belum selesai."
ciri- cirinya cocok seperti apa yang dikatakan pak Munir sebelumnya, yaitu rumah belum selesai di pinggir jalan.
Oh berarti dekat kalau begitu. Pikiran saya berkata demikian
Namun sanyang sekali jembatan yang dimaksud entah jembatan yang mana banyak sekali jembatannya karena di daerah tersebut memang banyak jembatan.
Mencari yang setelah jebatan dan rumah belum selesai ternyata banyak juga.
Memang daerah ringkit banyak jembatan dan banyak juga rumah yang belum selesai. Masih bata merah rumahnya.
Akhirnya pak Munir di telepon.
Lucunya lagi Pak Munir bilang gini : "Sampean udah kelewatan tadi saya panggil - panggil. Saya ada di RT 12, saya nunggu di pinggir jalan".
Betul ketika itu saya melihat plang tulisan batas RT 12.
Akhirnya sayapun puter balik namun aneh tulisan plang RT makin kecil sampe akhirnya RT 1.
Makin bingung Bpknya bilang udah kelewat tapi disebelah mana kelewatnya.
Akhirnya muter balik lagi dan menuju batas RT 12 sambil nelepon bapaknya.
Katanya rumahnya paling ujung dan belum selesai.
Langsung saja capcus meluncur ke ujung kampung melewati batar RT 12 mencari ujung kampung.
Jalan perlahan sambil mencari rumah yang belum selesai yang ada orang lagi nungguin fokus itu aja.
Akhirnya ada sebuah rumah belum selesai di ujung ditambah ada kakek - kakek nungguin.
Wah ini dia dramanya.
Mau nanya malu, mau teriak sungkan.
Namun tia - tiba nongol orang menggunakan sepeda motor dan ternyata itu dia orangnya.
Tanpa panjang lagi kami semua turun menuju rumahnya, kami di sambut dan ngobrol beberapa saat.
Tanpa panjang lebar bapak itupun cari cacing. Lumayan lama sehingga hari makin siang.
Hingga akhirnya mancingpun berangkat.
Setelah Bpk Munir mencari cacing akhirnya kami di kawal menuju tempat mancing.
Sepanjangan sawit sesekali mau belok ke arah kebun sawit tapi becek. Tapi akhirnya menemukan sebuah jalan. Masuklah ke jalan tersebut.
Belum begitu masuk, belum terlalu jauh jalan becek banget. Banpun amblas tak mungkin rasanya meneruskan perjalanan.
Akupun mundur kembali ke jalan raya.
Mencari naungan untuk memarkirkan tunggangan kami.
Akhirnya sekolahlan yang menjadi tempatnya.
Karena anak sekolah masih libur jadi kami bebas memarkirkan di tempat yang disukai. Tentu pilih tempat yang sekiranya teduh sepanjang hari.
Perjalanpun berlanjut dengan jalan kaki, bahkan tanpa alas kaki karena jalannya sangat becek, percuma menggunakan sandal atau sepatu hanya akan berat saja. Namun diantara tanah yang becek langit sangat panas sekali.
Ingat bukan matahari lagi, tapi langit yang panas.
Kami bawa semua persiapan dan setiap orang membawa bagian - bagian tertentu.
Kamipun berjalan selangkah demi selangkah namun lain dengan anak saya dia tidak berjalan tapi asik berlari - lari. Mantap emang anak saya.
Akhirnya kami sampai pada tempat seperti ini.
Nampak tanpa naungan, yang ada adalah lahan sawit yang baru ditanam. Setiap petak sawit dipisahkan oleh sebuah parit besar berisi air keruh dan ternyata disitulah tempat mancingnya.
Parit pertamapun diputuskan untuk dipancingi.
Umpan di pasang di kail. lempar ke paritan besar.
Menunggu beberapa saat umpan pancing anak saya di tariknya dan anak saya bales narik dan....
Terangkatlah seekor ikan haruan lumayan cukup besar.
Sayang lupa moto lagi asik pasang umpan.
Tak beberapa lama karena panas, kemudian cari tempat yang agak teduh, namun apa dikata tidak ada tempat teduh.
Akhirnya di putuskanlah mancing di sebuah perempatan sungai.
Kamipun mendapat beberapa ikan. Memang nampaknya ikan berseliweran namun cukup sulit juga merayunya dengan cacing, mungkin sama - sama panas juga jadi ikan pada berteduh
Tampak dari kejauhan orang sedang menjaring hingga akhirnya setelah beberapa lama dia datang melewati kami membawa hasil tangkapnnya luar biasa banyak juga ikannya.
Membawa dengan jerigen 20 liter dan isinya ikan semua.
Sayang tidak sempet moto lagi.
Kali ini pertarungan sengit makin sengit bukan dengan ikan melainkan dengan langit berikut mataharinya. Punasnya pol.
Sesekali ambil minum dan jongkok. Berdiri dari jongkok penglihatan hitam.
Sepertinya bisa kalah kami semua oleh panasnya matahari. Maklum kami di area katulistiwa jadi puanas banget.
Anggota mancing sudah ada yang ngajak pulang kecuali anak saya yang tidak mau di ajak pulang.
Akhirnya...... mancing belum lama namun rasanya udah kleyengan kepala sudah nyut nyot.
Kata Nanda ( tim mancing ) kalo bisa dilepas kepala dilepas dulu, benerin dulu.
Tengah siang belum datang akhirnya kami putuskan mengakhiri mancing, meski anak saya nolak. Setelah negosisasi akhirnya didapat kesepakatan minta gantinya belikan coklat. Okeh aja deh. Memingat saya sendiri, istri saya dan yang lainnya sudah keleyengan.
Ikan dapat tapi alam tidak bisa kita kondisikan.
Kami bukan kalah sama ikan melainkan mengalah sama panas yang sangat terik.
Kamipun berjalan menuju tempat parkir.
Saat berjalan rasanya bawaan makin berat leher ngedadak seperti di tunggangi ikan 10 kg.
Jalan mulai kering tak begitu becek karena terik matahari, sesekali tanah kering menusuk telapak kaki.
Sekali lagi luarbiasa anak saya diantara yang lain kecapean dia berlari paling depan. Mantap.
Sampai duluan ketempat parkir.
Sampai ditempat parkir langsung merebahkan diri, bikin teh manis dan istirahat. Dan tidak lupa makan.
Ikan tidak begitu banyak yang di dapat, kami tahu perjalanannya jauh meski hanya dapat sedikit ikan tapi keselamatan kami semua lebih penting. Daripada ada yang pingsan saat mancing mending diakhiri saja.
Inilah tangkapan kami.
Akhirnya di goreng
Ya jadinya cuman sedikit, karena sebagian membusuk dijalan.
Sebetulnya kami masih penasaran dengan informasi dari paj Ujang dengan mendapatkan hasil sampai 10 kg, namun karena melihat medan pertempurannya panasnya pol, sepertinya mending mancing di tempat yang teduh - teduh saja seperti disini tempat mancing yang seru
Sekian Pengelaman Yang Luar Biasa Mancing di Ringkit. Pokonya polll.
Tempat mancing tersebut berada di Desa Ringkit.
Diamana kah desa tersebut?
Desa ini terleat di Sebamban 6.Nah kemudian pasti bertanya nih dimana sebamban 6.
Sebamban 6 itu berada di daerah kalimantan selatan tepatnya di Kabupaten Tanah Bumbu.
Bagaimana jalurnya ?
Silahkan bisa di ikuiti peta berikut ini
Tempat mancingnya berada di kawasan perkebunan sawit.
Disana ada tempat pembukaan lahan baru penanaman sawit, sehingga sungai - sungai baru yang di buat untuk menadah air untuk pengairan wawit banyak sekali ikannya.
Ikan gabus, ikan sepat, ikan papuyu dan lain - lain.
Awal Mula Mengetahui Ringkit
Seperti pada umumnya lebaran bersilarurahmi ke tetangga. Begitupun saya, kali ini giliran pak haji Ujang yang saya kunjungi.Singkat cerita beliau bercerita jika hobinya adalah mancing dan pernah mancing di suatu tempat yang namanya ringkit tepatnya di area perkebunan sawit yang baru dibuka dan mandapatkan ikan gabus sebanyak 10 kg.
Mendengar hal tersebut langsung waww.....dapat 10 kg.
Saya mancing di sekitaran jalan Muara Asam asam cuman dapat kurang 2 kg saja
Bagaimana mancingnya.
Katanya jika kita menggunakan dua pancingan di jamin bingun mau pasang umpan atau narik pancingan.
Seketika itu pula pengen mancing kesana.
Pikir - pikir tidak ada saudara kenalan di sana, bisa bingung juga bisa jadi terdampar di sana. Mau ajak pak haji terasa kurang enak. Malu karena beliau begitu sibuk.
Rasa ingin mancing di Ringkit sepertinya tidak bisa mengingat keadaan yang tidak memungkinkan.
Namun cahaya datang begitu saja entah bagaiamana sang Maha Kuasa mengaturnya. Ada orang tiba - tiba mampir kerumah mau menjemput anaknya sekolah di daerah jorong.
Jorong ringkit jauh loh, ibarat bandung jakarta pusatlah.
Orang tersebut menggunakan motor bebek.
awlanya dikira orang deket saja, pas ditanya darimana ternyata dari Ringkit. Wah ada cahaya datang.... hehehhe.....
Akhirnya obrolanpun berjalan, cerita demi ceritapun berjalan menceritakan banyak yang mancing.
Rasa ingin mancing makin besar dan yang jelas rasa ingin mancing di ringkitpun ada jalannya.
Bermodalkan terasa punya kenalan baru orang Ringkit, akhirnya disusulah sebuah jadwal untuk berkunjung kerumahnya sekalian silaturahmi dan orangya bilang mau antarkan ketempat mancing tersebut.
Persiapan mancingpun di mulai, kali ini istri yang menyiapkan saya hanya tinggal berangkat saja dan membuat kail menggantung di tali senar nilon.
Joran joran, umpan kail pisau dan wadah sudah kami siapkan dan tidak lupa bawa bekal nasi.
Harus lengkap karena istri anak ikut semuanya jangan sampe mereka kelaparan waktu mancing.
Perjalanan Ke Ringkit
Perjalananpun di mulai subuh hari tepatnya sebelum adzan subuh, rencana subuhan di mesjid megah dipinggir jalan.
Dan sampailah sholat subuh kami di mesjid megah sungai danau.
Setelah melakukan sholat subuh pejalanan dilanjutkan. Jujur saja dalam hati, tempatnya aja ga tahu kemana nih arah perjalanan. Pokonya melaju ajalah. Dalam pikiran hanya terlintas sedikit lagi bensinya kira - kira cukup tidak ya.
Mengingat sepagi itu belum ada pom bensin yang buka.
Ya di daerah ini bensin tidak buka 24 jam melaikan hanya 12 jam saja.
Perjalanapun terus melaju melewati berbagai penomoran sebamban. Saya pikir sebamban itu berurutan posisinya mulai dari satu dua tiga empat lima sampai enam. Teryata tidak demikian.
Entahlah berdasarkan apa pemberian nama tersebut yang jelas tidak berurutan saja posisinya.
Hingga akhirnya bensin tinggal satu garis. Perjalan masih tidak tahu sampai dimana, pom bensin yang kami temui masih tutup, namun kali ini untunglah ada eceran sekalian beli bensin sekalian bertanya.
Saya : Mas bensin 10 liter ya. Oia mas POM bensin selanjutnya di mana ya mas, cukup ga ya 10 liter?
Masnya : Ok mas. Pom selanjutnya kurang lebih setengah jam lagi mas.
Saya : Daerah apa mas namanya?
Masnya : Nah kalo sampean sampai POM bensin selanjutnya berarti sampean sampai ke PAGATAN
Saya : Turus Mas ini daerah apa?
Masnya : Ini sebamban satu, Sampean mau kemana?
Saya : Ke sebamban 6 mas.
Masnya : Sampean ke lewat mas. Kalau terus kesana ya pagatan terus betulicin. Sampean muter aja lagi nanti ada pasar, ada pertigaan, pas pertigaa belok kanan dari sini, ada lampu kuning kedip kedip seperti lampu stopan tapi kuning semua warnanya.
Sampena emang mau kemana ke sebamban 6?
Saya : Mas jauh ga dari sini kelewatannya?
Saya mau ke desa ringkit kemarin ada orang kerumah minta di silaturahmi'i
Masnya : Jalan aja terus pokonya nanti ketemu pertingaan yang ada lampunya yang kuning belok kanan aja dari situ paling 30 menit sampai ke Ringgit.
Nanti ada kampung, daerah kosong, kampung lagi, kosong lagi nah sampai kampung ke 4 itulah ringkit.
Nanti banyak lampu di pingggri jalannya. Rumahnya berjejer di pinggir jalan itulah ringkit
Saya : Okelah mas terimakasih banyak saya muter lagi.
Masnya : Ia hati hati
Sayapun memutar arah, perjalanpun perlahan saja daripada terlewat lagi.
Akhirnya ditemukanlah pertigaan yang ada lampu kuningnya. Sayapun belok dan tak lupan berhenti untuk memastikan dengan cara bertanya keorang yanag di sana.
Saya pun bertanya desa ringkit dan katanya terus saja lurus ke depan kurang lebih 5 km
Sayapun melaju terus.
Saya menemukan berbagai pemukiman di sana mulai pemukiman kampung bali, semua kampung di disein dengan bagunan khas seperti di bali ada pureu dan lain - lian. Pikir saya inilah kampung pertama.
Lanjut tanah kosong dan bertemu dengan kampung lagi. Sampai pada akhirnya kampung yang di pinggir jalannya ada lampu - lampunya.
Pikir saya tepat nih apa yang di katakan mas tadi banyak lampunya.
Perjalanpun melaju, kali ini mencari rumahnya Bpk Munir ( bukan nama sebenarnya)
Kilometer di pengukur kilometer mobil sudah 5 km. Saatnyalah bertanya rumahnya bpk Munir.
Info yang didapatkan setelah bertanya kepada orang yang ada di pinggir jalan bahkan sampai kerumah warga adalah. "Terus aja ikuti jalan, nanti setelah jembatan rumahnya bata merah belum selesai."
ciri- cirinya cocok seperti apa yang dikatakan pak Munir sebelumnya, yaitu rumah belum selesai di pinggir jalan.
Oh berarti dekat kalau begitu. Pikiran saya berkata demikian
Namun sanyang sekali jembatan yang dimaksud entah jembatan yang mana banyak sekali jembatannya karena di daerah tersebut memang banyak jembatan.
Mencari yang setelah jebatan dan rumah belum selesai ternyata banyak juga.
Memang daerah ringkit banyak jembatan dan banyak juga rumah yang belum selesai. Masih bata merah rumahnya.
Akhirnya pak Munir di telepon.
Lucunya lagi Pak Munir bilang gini : "Sampean udah kelewatan tadi saya panggil - panggil. Saya ada di RT 12, saya nunggu di pinggir jalan".
Betul ketika itu saya melihat plang tulisan batas RT 12.
Akhirnya sayapun puter balik namun aneh tulisan plang RT makin kecil sampe akhirnya RT 1.
Makin bingung Bpknya bilang udah kelewat tapi disebelah mana kelewatnya.
Akhirnya muter balik lagi dan menuju batas RT 12 sambil nelepon bapaknya.
Katanya rumahnya paling ujung dan belum selesai.
Langsung saja capcus meluncur ke ujung kampung melewati batar RT 12 mencari ujung kampung.
Jalan perlahan sambil mencari rumah yang belum selesai yang ada orang lagi nungguin fokus itu aja.
Akhirnya ada sebuah rumah belum selesai di ujung ditambah ada kakek - kakek nungguin.
Wah ini dia dramanya.
Mau nanya malu, mau teriak sungkan.
Namun tia - tiba nongol orang menggunakan sepeda motor dan ternyata itu dia orangnya.
Tanpa panjang lagi kami semua turun menuju rumahnya, kami di sambut dan ngobrol beberapa saat.
Tanpa panjang lebar bapak itupun cari cacing. Lumayan lama sehingga hari makin siang.
Hingga akhirnya mancingpun berangkat.
Perjalanan Menuju Tempat Mancing
Setelah Bpk Munir mencari cacing akhirnya kami di kawal menuju tempat mancing.
Sepanjangan sawit sesekali mau belok ke arah kebun sawit tapi becek. Tapi akhirnya menemukan sebuah jalan. Masuklah ke jalan tersebut.
Belum begitu masuk, belum terlalu jauh jalan becek banget. Banpun amblas tak mungkin rasanya meneruskan perjalanan.
Akupun mundur kembali ke jalan raya.
Mencari naungan untuk memarkirkan tunggangan kami.
Akhirnya sekolahlan yang menjadi tempatnya.
Karena anak sekolah masih libur jadi kami bebas memarkirkan di tempat yang disukai. Tentu pilih tempat yang sekiranya teduh sepanjang hari.
Perjalanpun berlanjut dengan jalan kaki, bahkan tanpa alas kaki karena jalannya sangat becek, percuma menggunakan sandal atau sepatu hanya akan berat saja. Namun diantara tanah yang becek langit sangat panas sekali.
Ingat bukan matahari lagi, tapi langit yang panas.
Kami bawa semua persiapan dan setiap orang membawa bagian - bagian tertentu.
Kamipun berjalan selangkah demi selangkah namun lain dengan anak saya dia tidak berjalan tapi asik berlari - lari. Mantap emang anak saya.
Mancing Ikan
Akhirnya kami sampai pada tempat seperti ini.
Nampak tanpa naungan, yang ada adalah lahan sawit yang baru ditanam. Setiap petak sawit dipisahkan oleh sebuah parit besar berisi air keruh dan ternyata disitulah tempat mancingnya.
Parit pertamapun diputuskan untuk dipancingi.
Umpan di pasang di kail. lempar ke paritan besar.
Menunggu beberapa saat umpan pancing anak saya di tariknya dan anak saya bales narik dan....
Terangkatlah seekor ikan haruan lumayan cukup besar.
Sayang lupa moto lagi asik pasang umpan.
Tak beberapa lama karena panas, kemudian cari tempat yang agak teduh, namun apa dikata tidak ada tempat teduh.
Akhirnya di putuskanlah mancing di sebuah perempatan sungai.
Kamipun mendapat beberapa ikan. Memang nampaknya ikan berseliweran namun cukup sulit juga merayunya dengan cacing, mungkin sama - sama panas juga jadi ikan pada berteduh
Tampak dari kejauhan orang sedang menjaring hingga akhirnya setelah beberapa lama dia datang melewati kami membawa hasil tangkapnnya luar biasa banyak juga ikannya.
Membawa dengan jerigen 20 liter dan isinya ikan semua.
Sayang tidak sempet moto lagi.
Kali ini pertarungan sengit makin sengit bukan dengan ikan melainkan dengan langit berikut mataharinya. Punasnya pol.
Sesekali ambil minum dan jongkok. Berdiri dari jongkok penglihatan hitam.
Sepertinya bisa kalah kami semua oleh panasnya matahari. Maklum kami di area katulistiwa jadi puanas banget.
Anggota mancing sudah ada yang ngajak pulang kecuali anak saya yang tidak mau di ajak pulang.
Akhirnya...... mancing belum lama namun rasanya udah kleyengan kepala sudah nyut nyot.
Kata Nanda ( tim mancing ) kalo bisa dilepas kepala dilepas dulu, benerin dulu.
Tengah siang belum datang akhirnya kami putuskan mengakhiri mancing, meski anak saya nolak. Setelah negosisasi akhirnya didapat kesepakatan minta gantinya belikan coklat. Okeh aja deh. Memingat saya sendiri, istri saya dan yang lainnya sudah keleyengan.
Ikan dapat tapi alam tidak bisa kita kondisikan.
Kami bukan kalah sama ikan melainkan mengalah sama panas yang sangat terik.
Kamipun berjalan menuju tempat parkir.
Saat berjalan rasanya bawaan makin berat leher ngedadak seperti di tunggangi ikan 10 kg.
Jalan mulai kering tak begitu becek karena terik matahari, sesekali tanah kering menusuk telapak kaki.
Sekali lagi luarbiasa anak saya diantara yang lain kecapean dia berlari paling depan. Mantap.
Sampai duluan ketempat parkir.
Sampai ditempat parkir langsung merebahkan diri, bikin teh manis dan istirahat. Dan tidak lupa makan.
Ikan tidak begitu banyak yang di dapat, kami tahu perjalanannya jauh meski hanya dapat sedikit ikan tapi keselamatan kami semua lebih penting. Daripada ada yang pingsan saat mancing mending diakhiri saja.
Inilah tangkapan kami.
Akhirnya di goreng
Ya jadinya cuman sedikit, karena sebagian membusuk dijalan.
Sebetulnya kami masih penasaran dengan informasi dari paj Ujang dengan mendapatkan hasil sampai 10 kg, namun karena melihat medan pertempurannya panasnya pol, sepertinya mending mancing di tempat yang teduh - teduh saja seperti disini tempat mancing yang seru
Sekian Pengelaman Yang Luar Biasa Mancing di Ringkit. Pokonya polll.
wah mungkin bingung nya kalau membawa dua mancingan itu bakalan kewalahan nanganinnya ya karena banyak ikan bakanan yang terkait kail :D seru nih mancing di ringkit. jadi pengen kesana nih kang.. :)
ReplyDeletehayu mas kita mancing tapi nunggu teduh dulu.
Deletewah jauh juga perjalanan mau mancingnya ya mang. tpi sensasinya berasa wah wah setelah dpt ikan yaa..
ReplyDeletengeliat google map diatas saya jd senyamsenyum nih.. hahaha :D
ada pengalaman lucu disitu rasanya
naksir sama google maps ya neng....
Deletekegiatan mancing memang sangat menyenangka lhooo apa lagi kalau mancingnya di laut cinta....serunya luar biasa...
ReplyDeleteitu mas trik pos yang mancing di laut cinta.saya ga tau laut cinta mas patai asmara saya tau mas
DeleteMancing mania.
ReplyDeleteSaya gak terlalu suka mancing, soalnya mancing itu butuh kesabaran dan sekarang pemancing kayaknya nyari tempat mancing itu yang bener-bener menantang.
kegiatan mancing ini bisa melatih kita untuk berjiwa besar dan sabar
Deletenah itu dia mas malatih kesabaran atau mungkin kamoplase dari tida ada kerjaan. hahahhaha
Deletecuacanya panas banget ya mang, makanya saya mah mending mancing ikan dirumah aja ah, beli ikan nya aja yang masih hidup tuh masukin ke ember tinggal mancing tuh diember hehehhe
ReplyDeletehahahahah ide bagus itu mas terlindung sinar matahari mancingnya
DeleteHaha mang gak pake gps ya makanya kelewatan daerahnya :D
ReplyDeleteItu ikan apa ya mang, kelihatannya enak. :D
nah itu dia yang saya g inget pake. maklum gaptek
DeleteMancing kalau dapatnya banyak kayak gitu jadi semangat meski jauh tempatnya
ReplyDeleteya itu mas syaratnya dapat banyak. kalo ga ya sedih juga
DeleteWadaw wadaw wadaw boleh juga dong mas ikannya dilempar 10 saja gak banyak kok.
ReplyDeletewaduh di lempar sepuluh ya tinggal wadahnya mas
DeleteWah kang mending ikannya jangan di goreng, tapi di bakar aja lebih enak :) apalagi bakar nya di tempat pemcingan habis itu kepala nya buang lagi kesana, biar ikan lain pada merasakan :D
ReplyDeletehahahaha ide bagus itu mas.
Deletebiar makan ikan bareng ikan gitulah ya
Seru juga baca pengalaman mancing mang aduls...ternyata pendekar Batubara nyerah juga sama matahari, sampai-sampai kepala ingin dilepas segala...haha
ReplyDeleteKalau orangsundamah bilangnya itu ikan deuleg,,, biasanya kalau ditempat Saya dipancingnya pake "bancet"....
ReplyDeleteenak yah dikalimantan sungainya masih alami jadi masih banyak ikannya..