Pemirsa bloger kali ini saya mau memposting informasi mengenai perkembangan dunia penjualan hasil tambang di Indonesia.
Mungkin ini haya copas. mudah-mudahan ada manfaatnya.
barangkali ada yang belum baca. Penting karena dunia pertambangan mulai melemah
barangkali ada yang belum baca. Penting karena dunia pertambangan mulai melemah
Larang ekspor tambang mentah, China timbun stok untuk 7 bulan
JAKARTA-Indonesia memastikan tidak akan menunda pelaksanaan larangan ekspor mineral atau tambang mentah yang diberlakukan mulai 12 Januari tahun depan. Meski dampaknya diprediksi akan mengalami penurunan pendapatan hingga Rp 10 triliun per tahun, namun pada 2016 negeri Khatulistiwa ini mulai menuai untung sebesar Rp 91 triliun per tahun.
"Tahun depan turun, tapi pada 2016 kita surplus. Saat ini pendapatan di sektor ini mencapai sekitar 4,9 miliar dollar AS (Rp 58,8 triliun), tetapi pada 2016 pendapatannya mencapai 9,1 miliar dollar AS (Rp 109,2 triliun), justru kita surplus," kata Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Thamrin Sihite ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (6/12).
Berdasarkan data Kementerian ESDM, pada periode Januari-Oktober 2013, volume ekspor bijih nikel tercatat 46,5 juta ton, bijih dan pasir besi 16,11 juta ton, bauksit 47,01 juta ton, dan konsentrat tembaga 1,02 juta ton.
Selama ini, kebijakan mengekspor mineral dalam bentuk bahan mentah memang dinilai sangat merugikan Indonesia. Cadangan mineral Indonesia yang besar harusnya diolah terlebih dahulu sebelum dijual.
"Sangat ironis. Indonesia merupakan negara dengan cadangan batubara terbesar kelima di dunia, tapi malah bangga menjadi negara pengekspor batubara terbesar," kata anggota (DEN) Dewan Energi Nasional Tumiran Meng, di seminar 'Green Energy Technology', di University Club (UC) Universitas Gadjah Mada (UGM), Jumat (6/12)
Agar kebijakan energi nasional bisa lebih cerdas di masa mendatang, lanjut dia, DEN sedang menyusun KEN (Kebijakan Energi Nasional) sebagai acuan pemanfaatan sumberdaya energi di daerah-daerah. Pemanfaatan sumber energi di daerah harus diselaraskan dengan perencanaan nasional.
"Pemerintah belum menunjukkan komitmen yang kuat dalam mewujudkan kemandirian dan ketahanan energi. Hal ini ditunjukkan tidak adanya koordinasi antar kementerian. Masing-masing berjalan sendiri-sendiri. Masing-masing kementerian memiliki kebijakan sendiri, sehingga sering tumpang tindih atau menjadi tidak efisien," pungkas Tumiran.
Indonesia belum maksimal memanfaatkan energi baru atau terbarukan. Indonesia masih mengandalkan pada sumber bahan bakar energi dari fosil. Padahal energi fosil diperkirakan 25-50 tahun ke depan akan habis.
"Kebijakan energi nasional saat ini belum mampu mendorong percepatan kemandirian dalam ketahanan energi. Hal itu dapat dilihat dari lemahnya komitmen pemerintah pusat dan daerah dalam mengembangkan energi baru dan terbarukan," katanya.
Timbun untuk 7 Bulan
Berdasarkan data Kementerian ESDM, pada periode Januari-Oktober 2013, volume ekspor bijih nikel tercatat 46,5 juta ton, bijih dan pasir besi 16,11 juta ton, bauksit 47,01 juta ton, dan konsentrat tembaga 1,02 juta ton.
Selama ini, kebijakan mengekspor mineral dalam bentuk bahan mentah memang dinilai sangat merugikan Indonesia. Cadangan mineral Indonesia yang besar harusnya diolah terlebih dahulu sebelum dijual.
"Sangat ironis. Indonesia merupakan negara dengan cadangan batubara terbesar kelima di dunia, tapi malah bangga menjadi negara pengekspor batubara terbesar," kata anggota (DEN) Dewan Energi Nasional Tumiran Meng, di seminar 'Green Energy Technology', di University Club (UC) Universitas Gadjah Mada (UGM), Jumat (6/12)
Agar kebijakan energi nasional bisa lebih cerdas di masa mendatang, lanjut dia, DEN sedang menyusun KEN (Kebijakan Energi Nasional) sebagai acuan pemanfaatan sumberdaya energi di daerah-daerah. Pemanfaatan sumber energi di daerah harus diselaraskan dengan perencanaan nasional.
"Pemerintah belum menunjukkan komitmen yang kuat dalam mewujudkan kemandirian dan ketahanan energi. Hal ini ditunjukkan tidak adanya koordinasi antar kementerian. Masing-masing berjalan sendiri-sendiri. Masing-masing kementerian memiliki kebijakan sendiri, sehingga sering tumpang tindih atau menjadi tidak efisien," pungkas Tumiran.
Indonesia belum maksimal memanfaatkan energi baru atau terbarukan. Indonesia masih mengandalkan pada sumber bahan bakar energi dari fosil. Padahal energi fosil diperkirakan 25-50 tahun ke depan akan habis.
"Kebijakan energi nasional saat ini belum mampu mendorong percepatan kemandirian dalam ketahanan energi. Hal itu dapat dilihat dari lemahnya komitmen pemerintah pusat dan daerah dalam mengembangkan energi baru dan terbarukan," katanya.
Timbun untuk 7 Bulan
Sementara itu, mendengar kebijakan RI tentang pelarangan ekspor mentah mulai tahun depan, negara-negara di luar gencar menimbun tambang mentah dari Indonesia. Salah satunya dilakukan China, yang disebut menimbun nikel dari Indonesia sebelum ketentuan larangan ekspor diberlakukan tahun depan.
"Saat ini China sudah keburu simpan nikel Indonesia cukup untuk 7 bulan lamanya. Karena mereka tahu kita akan setop ekspor, mereka tingkatkan permintaan. Tapi kan 7 bulan itu akan habis, setelahnya tidak ada lagi," ungkap Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (6/12).
Susilo mengakui, penghentian ekspor mineral dan tambang mentah akan membuat harga mineral hasil olahan di dalam negeri menjadi lebih tinggi saat diekspor, ketimbang ekspor tambang mentah. "Kita ingin industri sadar, bahwa era Indonesia ekspor tanah air tidak akan terjadi lagi, akibatnya harga mineral pasti naik tinggi," katanya.
Susilo memprediksi, pembangunan smelter atau pabrik pemurnian tambang mentah di Indonesia akan marak. "Berapa sih dana bangun smelter? Orang cuma 1 miliar dollar AS (Rp 12 triliun), saat ini saja sudah ada 28 smelter yang dalam proses groundbreaking dan FS (feasibility study), sekarang sudah ada 10 pabrik smelter yang beroperasi. Ada dampaknya akibat kebijakan ini tapi dampaknya itu mari kita bicarakan bersama, kita cari jalan keluar terbaik seperti apa," katanya. dtc,ins
"Saat ini China sudah keburu simpan nikel Indonesia cukup untuk 7 bulan lamanya. Karena mereka tahu kita akan setop ekspor, mereka tingkatkan permintaan. Tapi kan 7 bulan itu akan habis, setelahnya tidak ada lagi," ungkap Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (6/12).
Susilo mengakui, penghentian ekspor mineral dan tambang mentah akan membuat harga mineral hasil olahan di dalam negeri menjadi lebih tinggi saat diekspor, ketimbang ekspor tambang mentah. "Kita ingin industri sadar, bahwa era Indonesia ekspor tanah air tidak akan terjadi lagi, akibatnya harga mineral pasti naik tinggi," katanya.
Susilo memprediksi, pembangunan smelter atau pabrik pemurnian tambang mentah di Indonesia akan marak. "Berapa sih dana bangun smelter? Orang cuma 1 miliar dollar AS (Rp 12 triliun), saat ini saja sudah ada 28 smelter yang dalam proses groundbreaking dan FS (feasibility study), sekarang sudah ada 10 pabrik smelter yang beroperasi. Ada dampaknya akibat kebijakan ini tapi dampaknya itu mari kita bicarakan bersama, kita cari jalan keluar terbaik seperti apa," katanya. dtc,ins
Sumber :
http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=8767eef666ba5a08e5dfd7ee148f3323&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c
Post a Comment for "Larang ekspor tambang mentah China timbun stok untuk 7 bulan"
Silahkan berkomentar